Wednesday, September 11, 2019

Apakah Setiap bid'ah itu sesat?

Apakah setiap bid'ah itu sesat?

Sebagai orang yang banyak berguru ke berbagai guru yang mazhabnya berbeda, maka saya mengambil kesimpulan seperti ini:
1. Ada orang yang menganggap, bid'ah ada yang baik atau hasanah.
Maka pemahaman ini, sebaiknya dibawa kepada pemahaman terkait bid'ah dalam urusan dunia, seperti mobil yang di jaman nabi tidak ada, pesawat yang jaman dahulu untuk naik haji perlu waktu lama.
Ini artinya bid'ah secara bahasa, yaitu mengadakan perkara baru, yang sebelumnya tidak ada.

Maka bid'ah jenis ini, yang mengandung kemungkinan hasanah jika didefinisikan secara lebih tegas adalah membuat suatu hal baru atau terobosan atau inovasi dalam urusan dunia, sebelumnya tidak ada. Maka pembuatnya kita bisa sebut inovator, penemu. Orang-orang yang menemukan listrik, telepon, internet, Blockchain, bisa digolongkan ke kelompok ini.

Nabi bersabda dengan perkataan semisal ini:
أنتم أعلم بأمور دنياكم

Kalian lebih mengerti tentang urusan-urusan dunia kalian.

Artinya nabi mempersilahkan umat Islam berinovasi dalam urusan dunia.

Kalimat ini terucap dalam kisah, ketika sahabat sedang melakukan upaya mengurusi kurma begitu. Lalu nabi berkomentar,andai kalian gini atau gitu, lalu diikuti sahabat, lalu tidak berhasil. Maka nabi bersabda: kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.
2. Setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan memasukkan ke neraka.

Pemahaman ini dibawa kepada pemahaman bid'ah secara istilah, yaitu mengadakan perkara baru dalam agama nabi Muhammad, tidak ada petunjuk dari nabi tentang hal tersebut.

Nabi diutus membawa agama Allah. Maka dalam urusan agama Allah, tidak ada sedikit pun izin untuk melakukan bid'ah. Semua hal terkait agama Allah hendaknya berasal dari wahyu. Nabi diperintah untuk mengatakan ini dalam Al-Qur'an al-ahqaf, 9:

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ

Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.”

Nabi diperintahkan bersabda ke umatnya: katakanlah, tidaklah aku ini menjadi "bid'ah" dari para rasul. Maksudnya apa? Nabi Muhammad ini, tidak melakukan kebid'ahan dari para rasul, telah berlalu rasul rasul sebelumnya. Ajaran yang dibawa nabi Muhammad juga bukan bid'ah, ajaran itu yang pokoknya telah dijelaskan rasul-rasul sebelumnya. Perhatikan surat An-Nahl,36;

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Allah tegaskan bahwa, Dia telah mengutus di setiap umat seorang rasul yang diperintahkan kepada umatnya untuk berkata: hendaklah mereka menyembah Allah saja, dan menjauhi Thogut. Artinya,setiap rasul mengajarkan kalimat ini, yang kita kenal dengan kalimat tauhid, Lailaha illallah: tidak ada Tuhan yang hak diibadahi kecuali Allah.

Seluruh para rasul mengajarkan kalimat ini. Dengan demikian, ini bukan perkara bid'ah, yang nabi Muhammad pun bukan yang pertama mengajarkan ini,ini ajaran seluruh para nabi.

Hanya saja umatnya, banyak berbuat bid'ah yang mengadakan persembahan kepada selain Allah. Di umat nabi Nuh, mulai menyembah patung-patung orang shalih, terus di kaum nabi Ibrahim, menyembah berhala. Di masa nabi Musa, menyembah Fir'aun, dan mereka pun menyaksikan kaum yang menyembah patung-patung. Lalu ada yang membawa patung-patung ke Arab, maka kaum musyrikin menyembahnya. Setelah nabi Isa di angkat ke langit, umatnya menyembahnya. Dan sampai sekarang terus banyak orang melakukan bid'ah, ada yang shadaqah bumi menyembah jin penunggu kampung yang mereka sebut leluhur, shadaqah laut yang melakukan persembahan ke Nyi Roro kidul, di berbagai negeri melakukan persembahan untuk cari keselamatan, dll dari bid'ah yang diadakan.

Semua bid'ah dalam perkara ini, adalah kesesatan, yang kesesatan itu membawa ke neraka. Maka nabi membaca hampir setiap khutbah:

وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Dan setiap bid'ah atau mengada-ada perkara agama, (terutama yang membuat keluar dari Islam) adalah kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Tidak dipungkiri bahwa dari jenis bid'ah, ada yang menyebabkan keluar dari Islam seperti contoh di atas, bid'ah dalam akidah. Maka otomatis kekal di neraka.

Hanya saja, dari bentuk bid'ah, ada yang tidak sampai mengeluarkan dari keislaman. Orang seperti ini, tidak akan langsung masuk neraka, tapi akan dihisab. Jika ada amalan yang lebih besar pahalanya, akan masuk surga. Namun, bid'ah yang dia lakukan, tidak dianggap pahalanya. Sebagaimana dalam hadits Muslim:

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

Barang siapa beramal dengan suatu amalan, yang tidak ada perintah kami dalam amalan tersebut, maka amalan tersebut tertolak.

Lihat 'amalan, tanwin di dalam kalimat tersebut menunjukkan mutlak, amalan apapun, mau akidah atau bukan akidah, tidak diterima.

Atau dalam shahih Bukhari:

من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو رد
Barang siapa yang mengada-ada di dalam perkara kami ini yang bukan berasal darinya maka itu tertolak.

Perhatikan kalimat:
أمرنا
Urusan kami, menunjukkan ini khusus perkara agama, bukan urusan dunia.
Perhatikan kalimat:
هذا
Menunjukkan bahwa perkara agama ini sudah terang, perkara yang dimaksud sudah jelas, urusan agama, sudah dimaklumi.

Janganlah menjadi pengikut hawa nafsu, ngutak-ngatik yang membuat umat bingung. Apa yang dilarang dan apa yang diberikan keleluasaan.

Kalimat كل memang kadang ada yang lolos atau tidak mencakup semua afrad, tapi untuk bisa mengambil pemahaman itu, butuh indikasi. Tidak ada dalil yang menunjukkan, ada perkara yang diadakan dalam agama Islam, yang tidak dianggap sesat,dan karenanya baik.

Mamat Rohimat