Wednesday, April 29, 2020

Pandemi Covid 19 dan Work From Home


Pandemi Covid 19 Dan Work From Home

Tahun 2020, kita menyaksikan ekonomi dunia hampir berhenti akibat kebijakan lockdown Di berbagai negara untuk menghentikan penyebaran virus Covid 19. Banyak perusahaan mengubah tempat kerja dengan menjalankan pekerjaan dari rumah atau istilah Work From Home.

Saya, sebagai seorang Founder TheGreatCoin, sesungguhnya sudah sangat lama berpikir bahwa kita seharusnya bisa bekerja dari rumah sebagai suatu yang normal. Ada banyak keuntungan menerapkan konsep kerja dari rumah yaitu:
1. Hemat waktu di perjalanan
Saya pernah selama 6 bulan tinggal di Jonggol dan bolak balik kerja di Kuningan. Hitung-hitungan waktu, saya buang waktu di jalan bisa 6 jam per hari, dan akhirnya tidak kuat. Bayangkan itu waktu terbuang karena macet.
Rata-rata penduduk Jabodetabek, bisa membuang waktu 4 jam per hari. Bayangkan, itu artinya 1/6 umur harian Ki dibuang di jalan.
Work From Home bisa menghemat waktu 4 jam per hari, yang jika efektif menggunakan 4 jam per hari, misalkan baca Qur'an atau tafsir, bisa banyak sekali yang dibaca.
2. Hemat BBM
Seringkali Pemerintah Indonesia mengeluh dengan impor BBM yang besar menggerus devisa negara. Andaikan work from home dijalankan secara optimal, maka kebutuhan BBM akan jauh banyak berkurang.
3. Fleksibel Dalam Memperoleh Talent
Seringkali yang menjadi hambatan memperoleh talent terbaik adalah adanya keterbatasan ruang. Dengan skema Work From Home, maka kita memungkinkan melakukan rekrutmen talent terbaik dari seluruh Indonesia atau seluruh dunia.

Walaupun demikian, Work From Home juga menimbulkan beberapa risiko yaitu:
1. Berkurangnya aktivitas ekonomi
Ketika pekerja tidak lagi pulang pergi dari kantor ke rumah, membuat kebutuhan atas transportasi berkurang. Akibatnya, angkot atau bis angkutan kota menjadi sepi penumpang.
Selain itu, pekerja yang kerja dari rumah akan menurunkan permintaan terhadap produk kuliner. Pekerja tidak lagi makan di kantin-kantin, melainkan akan makan di rumahnya.

Saya berpendapat bahwa kebijakan Work From Home bisa dilakukan secara shift di semua instansi. Bisa saja libur ditiadakan atau bekerja full 7 hari seminggu, namun beban waktu dibagi secara merata. Tujuannya adalah untuk membagi beban aktivitas ekonomi secara merata untuk seluruh hari.

Karyawan yang hendak berlibur bisa mengajukan waktu libur secara shif. Tidak musti harus selalu libur di waktu akhir pekan. Andaikan bisa libur hari Senin-Selasa atau Rabu-Kamis, maka itu akan membagi beban hari.

Jika kita perhatikan, kebijakan libur weekend saat ini juga berarti membebankan aktivitas di hari tertentu dan libur di hari tertentu sehingga beban hari tidak merata.

Kota-kota penyangga Jakarta juga merasakan beban yang berlebihan di hari weekend seperti Depok, Bekasi selalu macet di hari weekend. Maka, andaikan kerja dibuat 7 hari dengan sistem shif libur 2 hari per Minggu , ditambah shif kerja dari rumah akan membuat beban aktivitas masyarakat lebih tersebar merata di semua hari dan jam. Jika memungkinkan, waktu kerja pun bisa diperpanjang dari jam 7 sampai jam 20, dan setiap orang hanya kerja 8 jam sehingga bisa mengatur kapan akan datang ke kantor dan kapan akan pulang. Kebijakan ini pun akan membagi beban kerja di hari tersebut agar kemacetan tidak bertumpuk di jam tertentu.

Kebijakan ini pun akan lebih memudahkan untuk layanan administrasi publik. Pekerja yang butuh keperluan pemerintahan bisa mendatangi kantor pemerintah di hari Sabtu atau Minggu.

Kebijakan ini pula akan membuat tempat wisata lebih smooth tidak mengalami beban puncak setiap weekend. Hal ini karena pekerja yang mau berlibur pekanan tidak musti untuk berwisata di hari Sabtu Minggu. Mereka bisa memilih berlibur hari Senin Selasa sehingga bisa terjadi distribusi beban harian secara merata.

Terus terang saja, saya memandang bahwa kemacetan di Jakarta tidak bisa diselesaikan hanya dengan menambah angkutan umum atau ruas jalan. Saya berpendapat, kebijakan work from home dan perekayasaan jam kerja termasuk memperpanjang waktu kerja menjadi 7-20, dan Saya termasuk solusi. Hal ini pun harus diterapkan di sekolah-sekolah sehingga orang tua dan siswa bisa mengatur kapan mereka bisa berlibur.

Mamat Rohimat
Founder TheGreatCoin

Tuesday, April 21, 2020

Tidak Mau Ikut-ikutan kebanyakan orang dan tak mau ketinggalan

Tidak mau ikut-ikutan kebanyakan orang dan tidak mau ketinggalan.

Saat terjadi krisis, jual aset finansial adalah perilaku crowd atau kebanyakan orang. Saat itu pasti jual loss, saya tidak pernah mau. Saat ini sudah mulai terjadi penjualan aset finansial dimana mana sampai harga minyak jatuh minus $37, bayangkan itu seperti orang buang barang saja. Ini bukti bahwa minyak dikuasai trader yang tak butuh minyak dan tak punya storage. Saat real demand hilang, dia pun buang barang karena tak mau minyak dikirim ke rumahnya. Mau dibuat tenggelam itu rumah. Haha. Makanya jangan trading minyak kalau tak mau nampung, haha.

Tapi, kalau anda importir minyak, punya storage cukup besar, kesempatan Anda borong. Beli lalu timbun, dan jual nanti saat harga mahal di atas $50/barrel. Untung besar. Itulah harusnya perilaku yang diambil dalam trading minyak, borong dan simpan. Negara harusnya melakukan ini. Perusahaan minyak harusnya melakukan ini.

Alhamdulillah,saya jual saham saat IHSG 6100 lebih. Jadi, saya tak minat untuk mengikuti crowd seperti sekarang, buru-buruan jual barang. Dugaan saya, ini IHSG bisa jatuh lebih dalam, 1000 bukan mustahil. Siap siap aja:-).

Berikutnya, saya tak mau ketinggalan. Dunia keuangan akan di reset menjadi Crypto asset. Maka saya sudah full Crypto. Wah jika ketinggalan, dan nanti ikut-ikutan crowd lagi masuk Crypto, mungkin masuk saat Bitcoin SV Rp 1 miliar. Kan artinya beli mahal. Mendingan beli dari kemarin-kemarin saat harga Rp 1.5 juta:-).

Ini prinsip saya, tapi dasarnya saya tak mau ikut-ikutan.

Saya punya toko pun, TGC Mart, saat orang lain tutup, saya buka. Alhamdulillah, penjualan meningkat, karena pesaing hilang.

Dua hal ini layak dipertimbangkan, jangan ikut-ikutan kebanyakan orang dan jangan mau ketinggalan.

Mamat Rohimat

Founder TheGreatCoin