Surat Terbuka Untuk Bapak Prabowo Subianto
Perkenalkan, saya Mamat Rohimat, pendukung bapak pada pilpres 2014 dan 2019.
Bapak Prabowo, mungkin ada yang meledek Bapak karena selalu gagal dalam pemilihan pilpres. Tapi, jangan anggap itu keburukan untuk Bapak, boleh jadi itu kasih sayang Allah kepada Bapak, sehingga amanah yang berat dan mungkin akan menjadi penyesalan di hari kiamat, tidak diberikan kepada Bapak.
Bapak itu tipikal orang yang punya visi jangka panjang dan pemikiran mendalam. Ini tidak mungkin akan menang dalam pemilihan berdasarkan popular vote. Mengapa? Karena mayoritas bangsa Indonesia yang memilih Bapak tidak mengerti, berpendidikan mayoritas tidak lulus SMA. Pikiran Bapak hanya dipahami orang-orang yang berpendidikan tinggi. Maka tidak mengherankan jika kalangan Sarjana dan yang tinggal di perkotaan, mayoritasnya justru memilih Bapak.
Ini adalah takdir untuk bangsa Indonesia. Kerugian bagi bangsa Indonesia tidak mau memilih Anda. Padahal, ketulusan Anda teruji. Bahkan rela tidak mengambil gaji dan rela menjanjikan menyerahkan HGU Perusahaan Anda yang Anda beli triliunan rupiah dari kantong Anda.
Pak Prabowo, hakikat kepemimpinan itu ada di otak atau visi. Bapak punya itu. Tidak perlu Bapak yang menjadi pelaksana, yang penting visi Bapak terlaksana. Bapak hakikatnya pemimpin. Maka, nanti 2024, Bapak cari orang yang setia terhadap Bapak, mau memahami pikiran Bapak dan mau menjalankannya, lalu bapak dukung. Barangkali kombinasi Anies - Sandi bisa Bapak dukung di 2024.
Hakikat pemimpin tidaklah di jabatan. Jika otaknya adalah orang lain, visinya adalah visi orang lain, jabatan apapun tetaplah menjadikannya sebagai petugas. Orang yang ingin berkuasa tapi tak mampu mendapatkan popular vote,tidak mungkin dukung Bapak karena Bapak tidak bisa dikendalikan. Orang-orang seperti itu sangat mungkin justru ada di balik perlakuan fitnah terhadap Bapak, dengan berbagai skenario. Tahun 1998 kerusuhan mungkin bukan Anda pelakunya, tapi mereka melempar fitnah kepada Anda. Tahun 2019 kerusuhan demonstrasi juga mungkin bukan Anda pelakunya, tapi fitnah kembali diarahkan ke Anda.
Anda menolak hasil pilpres adalah hak Anda. Dan karenanya Anda menggugat lewat MK. Jika pun tetap dikalahkan, dan Anda tidak mengakuinya, kepemimpinan negara harus tetap dilanjutkan. Karena esensi pemilihan itu sebenarnya adalah bagaimana ada yang menang dan ada yang kalah, bagaimana pun jalannya. Jika Anda sudah berusaha dan tetap kalah, ingat lagi pesan saya, mungkin itu yang terbaik untuk Bapak. Bapak bisa mengakui kekalahan ataupun tidak, tidak pengaruh. Tapi, saya berharap bapak bisa memilih jalan yang meminimalkan madhorot untuk bangsa Indonesia.
Bapak kembali ke saran saya, lanjutkan perjuangan melalui parlemen untuk mengubah UUD. Ubah mekanisme pemilihan presiden menjadi kembali dipilih MPR atau menggunakan electoral vote. Dan Bapak dukung pasangan yang bisa menang walaupun dengan sistem popular vote.
Sistem popular vote memang akan dimenangkan oleh orang yang pandai menjaga pencitraan atau citra diri. Mudah disenangi semua kalangan terutama kalangan bawah. Bisa menjelaskan kepada masyarakat berpendidikan rendah, visi misi yang sesungguhnya kompleks dengan bahasa yang lebih mudah dicerna semua kalangan.
Usia Bapak yang tidak lagi muda lebih baik juga difokuskan untuk keselamatan di akhirat. Perbaiki agama Bapak. Bapak tetap berkarya untuk bangsa Indonesia dengan apa yang Bapak mudahkan. Jiwa kenegaraan Bapak membuktikan bahwa Bapak bisa memberikan amanah kepada siapa saja yang bisa menjalankannya. Bapak hanya perlu memilih orang yang loyal,yang tidak akan mengkhianati bapak dan visi perjuangan.
Mamat Rohimat, SE, MM
Founder & CEO TheGreatCoin
No comments:
Post a Comment