Tuesday, March 17, 2020

Pelajaran dari kisah nabi Yusuf

Pelajaran dari Kisah Nabi Yusuf, yang disebut sebaik-baiknya kisah:

وَقَالَ ٱلۡمَلِكُ إِنِّيٓ أَرَىٰ سَبۡعَ بَقَرَٰتٖ سِمَانٖ يَأۡكُلُهُنَّ سَبۡعٌ عِجَافٞ وَسَبۡعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضۡرٖ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٖۖ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ أَفۡتُونِي فِي رُءۡيَٰيَ إِن كُنتُمۡ لِلرُّءۡيَا تَعۡبُرُونَ

(Bahasa Indonesia)
Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.”

-سورة يوسف, آية 43

قَالُوٓاْ أَضۡغَٰثُ أَحۡلَٰمٖۖ وَمَا نَحۡنُ بِتَأۡوِيلِ ٱلۡأَحۡلَٰمِ بِعَٰلِمِينَ

(Bahasa Indonesia)
Mereka menjawab, “(Itu) mimpi-mimpi yang kosong dan kami tidak mampu menakwilkan mimpi itu.”

-سورة يوسف, آية 44

وَقَالَ ٱلَّذِي نَجَا مِنۡهُمَا وَٱدَّكَرَ بَعۡدَ أُمَّةٍ أَنَا۠ أُنَبِّئُكُم بِتَأۡوِيلِهِۦ فَأَرۡسِلُونِ

(Bahasa Indonesia)
Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, “Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).”

-سورة يوسف, آية 45

يُوسُفُ أَيُّهَا ٱلصِّدِّيقُ أَفۡتِنَا فِي سَبۡعِ بَقَرَٰتٖ سِمَانٖ يَأۡكُلُهُنَّ سَبۡعٌ عِجَافٞ وَسَبۡعِ سُنۢبُلَٰتٍ خُضۡرٖ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٖ لَّعَلِّيٓ أَرۡجِعُ إِلَى ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَعۡلَمُونَ

(Bahasa Indonesia)
”Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya! Terangkanlah kepada kami (takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi betina) yang kurus, tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahui.”

-سورة يوسف, آية 46

قَالَ تَزۡرَعُونَ سَبۡعَ سِنِينَ دَأَبٗا فَمَا حَصَدتُّمۡ فَذَرُوهُ فِي سُنۢبُلِهِۦٓ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تَأۡكُلُونَ

(Bahasa Indonesia)
Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.

-سورة يوسف, آية 47

ثُمَّ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ سَبۡعٞ شِدَادٞ يَأۡكُلۡنَ مَا قَدَّمۡتُمۡ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تُحۡصِنُونَ

(Bahasa Indonesia)
Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.

-سورة يوسف, آية 48

ثُمَّ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ عَامٞ فِيهِ يُغَاثُ ٱلنَّاسُ وَفِيهِ يَعۡصِرُونَ

(Bahasa Indonesia)
Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).”

-سورة يوسف, آية 49

Pelajaran dari kisah:
1. Pentingnya seseorang raja itu bertanya hal yang tidak diketahui kepada alim.
Orang alim saat itu adalah nabi, yang Allah berikan mu'jizat menafsirkan mimpi. Dan satu dari tanda kenabian yang saat ini masih ada di umat ini adalah mimpi. Maka kemampuan untuk menafsirkan mimpi adalah hal yang indah.

Selain mimpi, umat Islam pun yang bagus keimanannya diberikan firasat. Maka, firasat seorang mukmin atau ulama, hendaknya untuk dipertimbangkan baik baik.

2. Atas dasar pengetahuan itu, hendaknya orang mempersiapkan diri dan melakukan apa yang dituntunkan.

Menurut pengetahuan tersebut, akan ada 7 tahun musim subur dan 7 tahun berikutnya paceklik. Maka, disarankan agar selama 7 tahun itu, bangsa Mesir untuk melakukan penanaman gandum, dan disisakan sebagiannya untuk menghadapi 7 tahun masa paceklik setelahnya.

3. Hari hari kehidupan itu tidak pernah stabil dan konstan. Kadang ada masa kita hidup enak dan mudah, dan kadang ada masa masa sulit. Maka, saat orang ada dalam masa enak itu, jangan terlena, tapi hendaknya untuk persiapkan diri menghadapi kemungkinan masa sulit.

4. Suatu bangsa itu, ketahanan pokok utamanya dilihat dari ketahanan pangan. Maka, bangsa yang ingin kuat, pastikan agar memiliki strategi

agar pangan untuk bangsanya aman, tidak bergantung ke bangsa lain. Jangan senang impor pangan.

Bangsa juga harus punya sistem logistik yang baik untuk bisa menyimpan bahan pangan dalam jangka waktu lebih panjang, agar tidak busuk.

5. Benarnya kenabian nabi Yusuf. Beliau Allah pilih menjadi nabi, dan janji Allah terjadi walaupun dihalangi atau dibenci sodaranya.

6. Kadang musibah yang menimpa itu, jika Allah kehendaki hukum-Nya harus berjalan, hanyalah mendekatkan terhadap takdir baik yang telah ditetapkan. Allah Al-Lathiif. Nabi Yusuf dibuang oleh saudaranya, tapi malah menjadi sebab tinggal di dekat raja Mesir, dan bersamaan waktu, beliau menjadi orang yang terpercaya di sisi raja.

7. Seseorang itu untuk mencapai posisi yang tinggi akan melalui ujian..maka nabi Yusuf merasakan fitnah di sisinya, menghadapi getirnya penjara karena dituduh berzina dengan isteri raja.

8. Fadhilah ilmu. Seseorang yang memiliki ilmu, tidak sama dengan orang yang tidak berilmu.

9. Keutamaan sikap amanah.
Nabi Yusuf ditawarkan posisi di sisi raja, setelah diketahui keilmuan beliau, dan pengakuan isterinya bahwa nabi Yusuf tidak bersalah. Maka, atas dasar keilmuan dan amanah beliau, maka beliau menjadi orang terpandang di kerajaan Mesir.

Secara umum, seseorang yang ingin memiliki kedudukan tinggi, harus memiliki 2 hal yaitu ilmu dan amanah. Nabi Yusuf berkata: sesungguhnya aku, orang orang yang pandai menjaga dan lagi berilmu.

10. Keutamaan ketakwaan
Nabi Yusuf selalu menjaga ketakwaan, maka Allah selalu menolongnya.

11. Iri tidak menjadi sebab datangnya kebaikan
Mengetahui bahwa nabi Yusuf adalah orang tersayang di sisi nabi Yakub, dan nabi Yakub tahu bahwa beliau adalah pewarisnya, akan menjadi nabi seperti beliau dan kakeknya Ishak dan Ibrahim, saudara saudaranya iri kepada beliau dan mencelakakan beliau. Tapi, kebaikan untuk nabi Yusuf, takdir harus berjalan, tidak ada yang bisa menghalanginya.

12. Pentingnya keimanan terhadap takdir.

Allah sudah membagi kehidupan di tengah makhluk. Lalu, bagaimana merasa iri terhadap kebaikan atas saudara kita?

Ditulis: Mamat Rohimat

No comments: