Monday, March 30, 2020

Strategi Menghadapi Corona

Kondisi saat ini tidak mudah, semua mengalami. Tapi, dengan tidak kena virus saja bersyukur. Hal lain insyaallah bisa dibangun ulang kemudian.

Pemerintah galau serba galau. Karena memang keputusan tidak mudah, semua ada keburukannya.

Tapi, akhirnya apa yang kita teriakan dulu, akan mulai dijalankan. Ya, udah terlambat juga sih anyway. So, karena udah terlambat, impact-nya gak maksimal.

1. Tutup bandara dan pelabuhan dari masuknya WNA
Sampai saat ini, belum ditutup total. Orang luar masih bisa masuk dengan surat keterangan sehat.
Tapi, bukankah menurut dokter 85% orang yang membawa virus itu tidak terdeteksi? Artinya, akan dinyatakan sehat. Dengan demikian, jika diizinkan masuk, mereka adalah carier atau pembawa virus.
Anggaplah, negara menutup sama sekali WNA ke Indonesia. Ya itu bagus jika dilakukan dulu sebelum virus masuk Indonesia. Tapi, saat ini virus sudah didalam Indonesia. Sudah ada di seluruh pelosok negeri. Menutup pintu bagi WNA masuk tidak lagi menjamin Indonesia bebas virus Corona.
Ini pelajaran berharga, bahwa bertindak tepat pada waktunya itu big thing. Ibarat sabetan pedang itu, kecepatan menghindar dari pedang itu berguna jika sebelum pedang sampai. Jika sudah kena, baru dipindahkan, leher sudah putus. Ini namanya memindahkan mayit.

2. Tutup Jabodetabekjur agar warganya tidak keluar wilayah ini.
Premisnya: wilayah ini adalah tempat virus pertama kali ditemukan, menjadi pusat virus di Indonesia. Menutup wilayah ini, agar warganya tidak keluar ke daerah lain atau agar warga daerah lain tidak masuk, tujuannya menghindari penularan ke daerah lain. Tindakan seperti ini, namanya dan variasinya bisa macam-macam. Kita tidak perlu berdebat nama, mau disebut karantina wilayah ataupun Lockdown, tapi hakikat dari maksud ini dipahami. Tidak perlu berdebat istilah Lockdown, Karena itu hanya istilah, yang penting pemahaman. Mau semi atau partial lockdown ataupun completely atau full Lockdown, hakikat tujuannya sama, yaitu menutup pintu agar warga daerah endemi tidak keluar wilayah, dan warga daerah luar tidak masuk.
Tujuan pendekatan ini, jelas mudah dipahami, yaitu mengurangi penyebaran. Inilah hakikat Sunnah nabi sampai di sini.
Baik, apa namanya? Sudah saya katakan, nama gak penting! Saya jelaskan hakikat perkaranya. Ya, mungkin pendekatan ini dikenal lebih tepat dengan karantina wilayah atau semi Lockdown atau partial lockdown.
Dalam fase ini, masyarakat bisa diminta melakukan social / physical distancing, dengan tinggal di rumah, dan hanya keluar rumah jika perlu. Berkerumun dihindari. Aktivitas ekonomi seharusnya bisa tetap dilakukan, selama tetap menjaga jarak.
Karantina Wilayah atau Semi Lockdown ini bisa diambil pemahamannya dari hadits nabi,yang dipraktikkan Umar, yaitu jika kamu sudah ada di daerah endemik, jangan keluar darinya. Jika kamu mendengar suatu daerah ada endemi, jangan memasukinya.
Adapun social atau physical distancing, dapat dipahami pendekatan ini dari apa yang dilakukan oleh Abdullah Amr Bin Ash. Beliau melihat, wabah itu seperti kobaran api. Maka, beliau perintahkan penduduk saling menjauh dengan pergi ke gunung gunung. Ketika itu dilakukan, ternyata sembuh. Wabah berhenti.
Maka pendekatan karantina wilayah dan sosial distancing, sesungguhnya adalah pendekatan yang bisa diambil dari pemahaman dua sahabat mulia yang digabungkan, yaitu diambil dari keputusan Umar yang sejalan hadits nabi yang disampaikan Abdur Rahman bin auf, dan keputusan ijtihad Abdullah bin Amr bin Ash.

3. Total Lockdown atau completely Lockdown.
Ini adalah keputusan yang diambil oleh China di Wuhan. Ya, ini mungkin yang paling ekstrim dari penerapan dua atsar di atas, apa yang dilakukan oleh umar dan Abdullah bin Amr bin Ash. Tapi, pendekatan ini berat, tidak semua negara mampu, dan tidak mungkin dilakukan lebih lama. Mungkin ini paling efektif jika dilakukan serentak, dan diharapkan sesingkat mungkin, asal serentak. Saya yakin jika hanya 1 Minggu atau 2 Minggu kita mampu. Tapi jika terlalu lama, berat.

Saya tidak mau berdebat istilah. Saya pun tidak mau tunduk dengan istilah yang orang lain pahami, saya sebut semuanya Lockdown, Walaupun bisa diberikan klasifikasi lagi, apakah semi Lockdown atau completely Lockdown. Tapi, hakikat perkaranya mudah dipahami.

Saya pikir, Indonesia harusnya bisa lebih dahulu melakukan langkah 1, dan karena jebol, langkah 2.

Kabar buruknya, virus kini sudah tersebar di seluruh negeri. Orang orang sudah banyak yang mudik. Maka, tiap daerah melakukan penilaian ulang lagi, apakah daerahnya sudah menjadi tempat tersebarnya virus ini? Jika ternyata sudah benar tersebar di Indonesia, maka esensi langkah di atas tetap berlaku dengan cakupan nasional. Ini yang saya teriakan dari dulu, jangan sampai terjadi, karena lebih berat. Pemerintah pusat akan berat jika virus ini sudah tersebar nasional.  Maka, peperangan terhadap virus, ibarat perang terbuka di seluruh pelosok atau istilahnya ibarat Indonesia dikepung musuh. Lagi-lagi, kecepatan mengambil keputusan ini yang penting. Telat atau menunda, membuat masalah semakin berat, karena seakan-akan kita izinkan virus mengalahkan kita. Kita kalah cepat dengan virus itu.

Esensi pendekatan ini hanya dua sesungguhnya:
1. Warga daerah endemi atau pusat wabah, jangan keluar.
Warga di luar daerah endemik atau pusat wabah, jangan masuk.
2. Saling menjauh atau physical distancing Di daerah pusat wabah, agar wabah menghilang.

Inilah yang saya pahami, pendekatan dan saran para dokter, sejalan dengan Sunnah nabi dan dua atsar sahabat mulia, Umar dan Abdullah bin Amr bin Ash. Saya tidak merasa ahli. Tapi, saya baca, saya dengar, dan saya yakini, ini yang terbaik. Dan sebagai muslim,saya bersyukur. Merasa bahwa Islam ini Rahmat, sesuai dengan kondisi jaman dan keadaan. Dan karenanya, saya benarkan untuk tidak shalat berjamaah dan shalat Jum'at sekalipun, dan itulah Islam, agama rahmat, merahmati seluruh alam.

Mamat Rohimat

No comments: