Belajarlah Secara Bertahap
1. Ilmu itu ibarat lautan.
2. Dikatakan satu cabang dalam ilmu hadits saja, andaikan dihabiskan umur 1000 tahun, tidak akan sampai dasarnya. Belum ilmu yang lainnya.
3. Maka ambillah ilmu itu yang terbaiknya.
4. Ktk menjelaskan yg terbaiknya, saya simpulkan adalah dasarnya, intisari, dan kesimpulan-kesimpulannya.
5. Mungkin krn fikh tsb, guru kami ust Dzulqarnain dimana-mana jika mengajarkan ilmu semua dasarnya, tapi hampir dalam seluruh bidang ilmu. Dan beliau kini punya program kuliah: mafatiihul ilmi yaitu kuliah berisi 26 kitab kunci-kunci ilmu dari akidah, fikh, ushul fikh, ilmu ushul tafsir, ushul hadits, dan bhkn bhs arab. Mungkin itu pula yg kenapa sy senang belajar dr beliau, manhaj dlm menuntut ilmu pas. Sy sdh dengarkan semua kitab tersebut dr beliau dr rekaman krn beliau bhkn telah mengkaji lbh dr kitab tersebut tersimpan di website pribadi beliau dzulqarnain.net, kecuali bhs arab. Dan sy ingin mengikutinya skrg dg hadir langsung.
-saya perhatikan jk tdk bertahap, bhkn orang tua sdh panjang lebar bahas politik negara, tp sujud salah.
-kejadian barusan, AT tahdzir AH krn manhaj, tapi sumir. Begitu Ust Firanda memberi masukan kekeliruan beliau dlm bab takdir, terlihat bhw keterjatuhan dlm hal dasar dan pokok itu menyakitkan. Percuman sdh hafidz qur'an, pandai bahasa arab, jk dlm menjelaskan pokok keimanan dasar keliru, akan dibuang. Bhkn dijauhi. Bhkn, andaikan sy dengar langsung pun, sy bs berani bilang keliru. Apalagi ini yg komentar adalah Dr ilmu akidah dr universitas madinah:-).
-kurikulum di universitas memang kadang perlu ditinjau. Mentang-mentang sdh universitas, nerima mhs kadang dr jurusan umum, tapi kitab yg dikaji sdh besar, shg kadang lulusannya jatuh dalam ilmu dasar.
-dg begitu, manhaj ulama salaf lbh kokoh dlm menancapkan ilmu, krn murid mulai dididik dari ilmu dasar sebelum ke tingkat lanjut.
-kt saja dulu dlm fikh, belajar safinah dl, taqrib, tdk langsung ke fathul mu'iin.
$ambillah ilmu yg terbaiknya, dasar, pokok, dan mulailah dari yang merupakan kewajiban untuk diri sendiri.
Mamat Rohimat
No comments:
Post a Comment