"Man 'arafa nafsahu faqod 'arafa rabbahu-barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya".
Topik pertama sekarang ini, kita akan mencoba menguraikan suatu nikmat terbesar yang diberikan kepada manusia, yang karenanya, manusia berhak mendapatkan surga. Nikmat itu adalah mentauhidkan Allah dengan tauhid yang benar. Kalimat tauhid itulah yang Allah perintahkan kepada semua Rasul-Nya dari Nabi Adam, Nabi Nuh,...Ibrahim,..Musa,Isa sampai nabi Muhammad SAW.
Kita akan mencoba menjelaskannya dengan menjawab beberapa pertanyaan tentang pengenalan diri sehingga bisa mengenal Tuhan:
Q: Siapakah diri kita?
A: Kita adalah manusia. Tentunya tidak ada seorang pembaca yang menolak disebut manusia. Betulkah?
Q: Siapakah manusia itu?
A: Manusia adalah makhluk hidup. Begitu juga dengan hewan adalah makhluk hidup. Ada persamaan yang dekat dari manusia dan binatang yaitu bernafas, bergerak, makan, memiliki darah, memiliki nafsu seksual, dan melangsungkan perkawinan.
Q: Adakah perbedaan antara manusia dengan binatang?
A: Jika berdasarkan kepada ciri-ciri di atas tentu tidak ada perbedaan yang signifikan antara manusia dengan hewan. Perbedaan yang menonjol adalah manusia memiliki akal dan hati nurani untuk bisa memilih cara yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bagaimana mencari makanan dan bagaimana memenuhi kebutuhan seksualnya dengan melangsungkan pernikahan. Manusia memiliki kemampuan untuk memilih dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian, tatkala manusia tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka disitulah derajat manusia itu turun menjadi sama atau lebih hina dari hewan.
Q: Bagaimana manusia itu bisa ada?
A: Kalau kita ditanya kenapa kita bisa lahir, tentu jawabannya karena kita dilahirkan oleh ibu kita. Kita lahir dari hasil hubungan antara ayah dan ibu kita. Begitu seterusnya, sampai muncul pertanyaan siapakah pasangan manusia pertama yang ada sehingga terlahir anak manusia.
Q: Siapakah pasangan manusia pertama yang merupakan nenek-moyang kita?
Para ilmuwan telah berusaha mencari jawabannya selama berpuluh-puluh tahun sampai mereka meninggal dunia, namun mereka tidak juga menemukan jawaban yang memuaskan. Kalau begitu, jika kita menggunakan pendekatan yang sama untuk mencari jawaban tersebut, tentu sangat banyak waktu yang terbuang dan belum pasti juga menemukan jawabannya. Padahal, pertanyaan itu harus dijawab dengan cepat sehingga kita masih memiliki waktu untuk melanjutkan kepada pertanyaan lain. Ingat, pertanyaan itu hanya bagian awal untuk kita bisa sampai kepada tujuan akhir, yaitu perjalanan menuju kesuksesan yang sempurna. Jika pertanyaan sepele saja tidak segera kita selesaikan, bagaimana mungkin kita bisa menentukan langkah lanjutan dan sampai kepada tujuan akhir kita, sukses yang sempurna?
Oleh karena itu, kita memerlukan informasi yang bisa dipercaya untuk menjawabnya. Kita bisa menggali berbagai penelitian untuk dijadikan bahan pertimbangan. Yang paling penting adalah dengan menggunakan potensi terbesar yang dimiliki kita sebagai manusia yaitu akal dan hati nurani sebagaimana yang telah penulis singgung sebelumnya.
A: manusia pertama adalah Adam. Istrinya adalah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam.
Atas dasar informasi tersebut, manusia saat ini yang berjumlah lebih dari 6 Miliar di seluruh dunia, berasal dari keturunan Adam dan Hawa. Masuk akalkah dari sepasang suami-istri bisa tercipta miliaran orang?Tentu saja masuk akal. Silakan Anda hitung, jika Adam dan Hawa memiliki anak-anak laki-laki dan wanita, terus anak laki-laki dan anak wanitanya itu dikawinkan sehingga melahirkan anak lagi, terus berlajut sampai ribuan tahun, tentunya sangat masuk akal sampai terbentuk lebih dari 6 miliar manusia di seluruh dunia.
Q: Bagaimana manusia pertama (Adam) bisa ada? Apakah Adam diciptakan, menciptakan dirinya sendiri, ataukah langsung ada tanpa perantaraan penciptaan?
A: Untuk menjawab pertanyaan itu, kita akan coba analisis beberapa kemungkinan jawaban di atas.
-Adam (manusia pertama) ada karena dia menciptakan dirinya sendiri. Masuk akalkah? Jika Adam menciptakan dirinya sendiri, berarti ia harus ada dahulu. Pertanyaan kita belum terjawab, bagaimana Adam bisa ada? Dengan demikian, kemungkinan Adam Ada dengan menciptakan dirinya sendiri dapat dipastikan keliru.
-Adam ada (lahir) tanpa suatu perantaraan penciptaan. Adam ada dengan sendirinya. Masuk akalkah? Jika Adam ada tanpa ada suatu penciptaan atas dirinya, bagaimana caranya?Kalau Adam ada dengan sendirinya, mengapa Adam sekarang jadi tidak ada? Mengapa Adam meninggal dunia kalau Adam ada dengan sendirinya?Kalau Adam pernah lahir, lalu kemudian meninggal dunia, tentu keberadaan Adam atau ketidakadaan Adam bukan atas kehendaknya, melainkan ada kekuatan lain yang menghendaki.
Dengan demikian, sangat masuk akal jika Adam ada karena ada yang menciptakan. Dia yang menciptakan Adam dan mematikan Adam. Dia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam agar Adam tidak merasa kesepian. Di sinilah terlihat bahwa Adam adalah manusia biasa yang sempurna, menginginkan seorang istri untuk menemani dirinya, mengobati kesepiannya, sekaligus memenuhi kebutuhan biologisnya.
Q: Setelah kita setuju Adam pasti diciptakan oleh “Suatu Kekuatan lain”, Siapakah yang menciptakan Adam itu?
A: Pertanyaan ini bukanlah suatu pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Sebagian orang yang memperoleh jawaban dengan benar akan sampai kepada kedudukan yang mulia. Namun, kebanyakan orang tak mampu memecahkan dan menemukan jawaban atas pertanyaan ini dengan benar. Untuk bisa menemukan jawaban pertanyaan ini dengan benar, kita sebagai manusia harus terbuka dan menggunakan akal serta hati nurani secara optimal. Akal dan hati nurani bisa berguna membantu menemukan jawaban atas pertanyaan ini jika terlebih dahulu bersih dari prasangka, kebencian, keyakinan yang salah, dan memegang dogmatis yang tak rasional (Zero Mind).
Sebagaimana telah disepakati di atas, bahwa Adam (manusia pertama) dan juga berlaku bagi alam semesta, pasti diciptakan oleh “Suatu Kekuatan”. Suatu kekuatan yang menciptakan Adam pasti ada sebelum Adam diciptakan. Kegiatan menciptakan dalam bahasa Arab disebut kholaqa (fiil madhi, artinya telah menciptakan), yakhluqu (fiil mudhari, artinya sedang atau akan menciptakan), sedangkan yang menciptakan disebut kholiq (isim fail, artinya yang menciptakan) dan yang diciptakan (Adam) disebut makhluq (isim maf'ul, artinya yang diciptakan).Dengan demikian, “Suatu Kekuatan” yang menciptakan (to create, bahasa inggris) Adam dan alam semesta bisa disebut “Kholiq” (creator). Penciptaan yang dimaksud khusus kepada penciptaan manusia pertama (Adam) dan alam semesta yang merupakan pencipta pertama dan tidak melibatkan pihak lain. Tentu saja penciptaan ini berbeda dengan penciptaan seni seperti musik atau lagu karena membutuhkan penciptaan awal (penciptaan manusianya). Untuk membedakan pencipta pertama tersebut, dalam bahasa Arab biasa ditambahkan dengan alif lam ma'rifat untuk menunjukkan kekhususan dengan penciptaan lain sehingga “Suatu Kekuatan” yang menciptakan Adam dan alam semesta itu disebut sebagai “Al-Kholiq” (Sang Pencipta, Maha Pencipta). Penambahan alif lam (dalam bahasa Arab) sama dengan penambahan “the” dalam bahasa inggeris sebagai the finite article sehingga The Creator adalah pencipta Adam dan alam semesta sebagaimana telah dijelaskan dalam kalimat sebelumnya.
Q: Jika Al-Kholiq mampu menciptakan Adam (manusia pertama) dan alam semesta, tanpa bergantung kepada bantuan pihak lain, apa sifat yang pasti dimiliki oleh Al-Kholiq itu?
A: Sebagaimana telah dibahas, Al-Kholiq menciptakan Adam (manusia pertama) dan alam semesta ini sebagai pencipta pertama yang tidak bergantung kepada penciptaan sebelumnya. Dengan demikian, dapat diyakini bahwa Al-Kholiq pasti memiliki sifat-sifat sebagai berikut;
-Ada: bagaimana mungkin menciptakan Adam kalau Al-Kholiq tidak ada.
-bermaksud: bagaimana mungkin Adam tercipta, jika Al-Kholiq tidak bermaksud menciptakannya.
-berkuasa: bagaimana mungkin Adam dan alam semesta ini terbentuk kalau Al-Kholiq tidak mampu mewujudkannya.
-mengatur: bagaimana mungkin terbentuk keteraturan dalam ciptaannya jika Al-kholiq bukan seorang pengatur yang baik.
-berbeda dengan ciptaannya: Al-kholiq tentu tidak akan menciptakan ciptaannya sama dan setara dengan-Nya
-dan lain-lain.
Q: Setelah manusia menyadari bahwa dirinya dan alam semesta ini diciptakan oleh Al-Kholiq yang maha kuasa, yang maha mengatur, yang maha melindungi, dan manusia menyadari kelemahan dirinya terhadap gejala alam seperti bencana, gempa, dan kematian, apa yang dilakukan manusia?
A: Saat itulah manusia mulai mengagungkan, mulai memohon perlindungan, mulai memohon diselamatkan kepada sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan.
Kegiatan mengagungkan, memohon perlindungan dan keselamatan disebut mempertuhankan, menyembah, dan beribadah. Mempertuhankan dalam bahasa Arab disebut AaLAHA (fiil madhi-telah mempertuhankan), YuuLIHU (Fiil mudhari-sedang atau akan mempertuhankan), Iilahan (Masdar-Tuhan atau yang dipertuhankan). Dengan demikian, jelas bahwa yang seharusnya dipertuhankan (IilAah) adalah Al-Khaliq. Hal yang sering terjadi dalam kehidupan manusia adalah kegiatan mempertuhankan itu dialamatkan kepada selain Al-Kholiq.
Untuk memberikan makna yang khusus bahwa yang dipertuhankan (Iilaah) itu khusus hanya Al-Kholiq, dan bukan yang lain, maka dalam bahasa Arab biasa ditambahkan dengan alif lam ma'rifat sehingga yang dipertuhankan itu selain disebut Al-Kholiq bisa juga disebut Al-IiLaah. Karena dalam lafad Al-IiLaah terdapat hurup ilat (huruf sakit) yaitu hamzah yang menanggung beban (harkat kasrah) sedangkan Lam (hurup sehat) di depannya tidak menanggung beban harkat (berharkat mati), maka untuk memberika keadilan, dilakukan transfer beban (harkat kasrah) dari hamzah (hurup sakit) kepada hurup lam (hurup sehat) sehingga lafadnya menjadi ALiiLaah. Lafad ALiiLaah mengandung dua hurup ilat mati yaitu Alif dan Ya di apit antara Lam berkasrah (Li) dan Lam berfathah (Laah) dan tidak memberikan faidah bahkan memberatkan pengucapan, sehingga kedua hurup ilat yang mati tersebut dibuang sehingga menjadi AliLaah. Dalam lafad AliLaah terdapat dua hurup satu jenis yaitu Lam yang berhimpitan sehingga wajib membaca secara idghom dengan cara mematikan hurup lam yang pertama, lalu memasukkannya ke dalam hurup lam yang kedua sehingga dibaca Al-Laah. Dalam penulisan bahasa Arab, hurup lam pertama dimasukkan ke dalam hurup lam ke dua diganti dengan tasydid, huruf elat (alif) yang dibuang diganti dengan penulisan garis tegak sehingga dalam hurup lam dibaca dua harkat. Dalam bahasa Indonesia, biasa ditulis Allah.
Atas dasar penjelasan di atas, Allah adalah nama Dzat yang menciptakan semestalah (Al-Kholiq) yang hak dan seharusnya dijadikan tuhan, dan bukan yang lain. Di sinilah inti kalimat yang bisa menyelamatkan manusia di akhirat kelak tatkala ia mati dengan meyakininya dalam hati tanpa keraguan sedikitpun, tak peduli apakah dahulunya ia pernah berzina ataukah pernah melakukan dosa besar yang lainnya. Kalimat itu adalah: Laa Ilaha Illallah (Tidak ada Tuhan yang hak disembah, kecuali Allah).
Dari sini benarlah ungkapan di atas bahwa: barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Pembahasan kita tentang seri mengenal diri kita telah sampai kepada mengenal Allah, Tuhan kita, Al-Kholiq, Dzat Yang menciptakan dan mengurus kita serta seluruh alam.
Q: Bagaimana jika seseorang menyembah selain Allah?
A: Itulah orang yang menyekutukan Allah (Musyrik-berbuat Syirik kepada Allah). Syirik merupakan dosa terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah, kecuali sebelum meninggal dia sudah bertobat dengan bertauhid (mengesakan Allah, menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah).
Q: Bagaimana caranya melakukan penyembahan kepada Allah?
A: Logika sederhana, Allah pasti hanya akan menerima penyembahan sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Untuk itulah, Allah mengutus rasul untuk memberitahukan bagaimana seharusnya manusia melakukan penyembahan kepada Allah. Allah menyamakan ketaatan kepada Rasulullah sama dengan ketaatan kepada Allah.
Q: Cukupkah orang hanya mengakui bahwa Allah merupakan Tuhan yang menciptakan alam semesta, namun dia beribadah tidak sesuai dengan petunjuk Allah yang dibawa oleh rasul-Nya?
A: Tentu saja tidak cukup. Kaum musyrikin menyembah berhala Uzza dan Latta dengan mengatakan bahwa sebenarnya mereka menyembah Allah, namun karena Allah tidak terlihat, mereka menyembah Uzza dan Latta sebagai pelantara. Akan tetapi, tetap saja Allah tidak menerima persembahan mereka. Beribadah dan menyembah Allah hanya akan diterima jika:
-ikhlas karena Allah
-sesuai dengan tuntunan Rasulullah
Wallahu A'lam
Mamat Rohimat.
No comments:
Post a Comment