~2 hari terakhir, Allah uji saya dengan kesiangan, sehingga tidak sempat hadir berjamaah shubuh. Qadarullah.
~kehilangan shubuh berjamaah bagi saya, kehilangan banyak hal.
~tentu hilang keberkahan shubuh berjamaah tersebut, pasti hilang sebagian keberkahan hari ini.
1. Bacaan dzikir pagi menjadi terlambat dibaca
2. Qur'an sedikit atau menjadi tidak sempat dibaca
~tentu mundurnya bacaan dzikir, dan sedikitnya qur'an yg terbaca, atau bahkan tidak terbaca, akan hilang banyak keberkahan dibaliknya. Bayangkan kalau 1 huruf qur'an dibalas 10x kebaikan, brp banyak kebaikan yang hilang?
~di sini membuktikan, jangankan iman, ilmu, jihad, tahfidz qur'an, infak besar, bahkan sekedar bangun untuk hadir shubuh berjamaah butuh pertolongan Allah. Kita tidak akan mampu hadir, kalau Allah tidak menolong kita. Lalu, apa yg hrs kita banggakan, jika kita sebenarnya tak mampu apa-apa? Ibadah atau kebaikan yang kita lakukan, hakikatnya Allah Yang Berbuat baik untuk kita, maka sebaiknya bersyukur atas nikmat tersebut. Maka, benar dikatakan para khatib, hendaknya kita bersyukur, dg keimanan sbg nikmat terbesar, dg ayat qur'an yang terhafal, dg kesehatan, pekerjaan, keluarga, pasangan, keamanan negeri, dll. Jika bukan pertolongan Allah, kt tdk bs mendapatkannya.
$suatu waktu, sy hitung, andaikan kita bs menghafal qur'an 1 halaman per hari, kita bs selesaikan hanya 1 thn lbh saja. Pertanyaannya: siapa yg mampu menghafalnya secara konsisten terus bertambah tanpa lupa yg sudah lalu, kecuali Allah memberikan pertolongan. Maka saya pun merasakan bhw menghafal qur'an mungkin mudah, tapi hanya lancar bbrp saat. Menjaganya tetap kokoh, itu yg menjadi tantangan. Krn setiap bertambah, yang lalu lupa. Maka belasan tahun ini dialami. Maka sebaiknya, kt bersyukur dg yg sdh terhafal dl agar tidak lupa, lalu berdo'a agar ditambah. Ternyata bentuk syukur dr hafalan adalah membacanya berulang. Tapi, kl Allah uji sebagian nikmat, spt wkt untuk mengulang dg dibuat kesiangan, bukankah menjadi tidak sempat dan hafalan pun menjadi hilang.
$kl demikian, jk shubuh berjamaah adalah semacam fase hidup penting. Rupanya tidur sesuai kebiasaan adalah prasyarat yang hrs ditempuh. Inilah awal yang hrs dijaga. Ternyata, jk ingin bangun lbh awal, usahakan tidur lbh awal. Inilah begadang itu tidak baik, apalagi hal yg tdk bermanfaat.
$ukur kadar keimanan: bukankah iman itu bertambah dan berkurang? Iya, betul. Ukurannya apa? Ukurannya di amal kebaikan atau maksiat yg dilakukan. Jiks kebaikan yg dilakukan meningkat baik kualitas dan atau kuantitasnya, atau maksiat menurun, itu tanda naiknya iman. Sebaliknya, tanda menurunnya iman. Dg demikian, hrsnya kt punya amalan sehari-hari, ukur kadar keimanan kt. Dan yg paling mudah, jk kt punya sebagian hafalan dari qur'an, jika banyak yang dibuat lupa, maka tanda iman turun. Knp? Pasti sedikit mengulang. Jika diulang kembali, iman insyaallah naik lg.
$kl bgt, ada baiknya memiliki program hafalan qur'an. Persoalan utama bkn hafal atau tidak, tapi itu usaha agar iman kita bisa meningkat, dan minimal tidak turun, dan jk turun pun, akan mudah menilainya. Namun, itu semua tdk mampu kecuali Allah tolong, karena itu termasuk amal yg berat.
Ya Allah, saya tak mampu berbuat apa-apa tanpa pertolongan-Mu. Tak mampu berbuat kebaikan, tak mampu menghindari keburukan. Jk ada kebaikan dari sisiku, itu adalah kebaikan dari-Mu, saya bersyukur atasnya. Alhamdulillah
يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar".
No comments:
Post a Comment