Friday, February 24, 2017

Mobilisasi Horizontal

~ada berita, 4 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 100 juta termiskin.
~menurutku kaya atau tidak itu, seseorang dianggap miskin ukurannya:
1. awalnya adalah hati merasa kekurangan
2. pola pikir yang keliru dlm memandang harta, juga diri, dan berbagai persoalan.
3. Kesalahan dlm pengalokasian sumber daya
4. Penghasilan yang diperoleh tidak cukup memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga bagaimana bisa terjadi mobilisasi horizontal [naik kelas], yang ada hanyalah mobilisasi vertikal [kemiskinan ayah terwariskan ke anak cucu]
5. Terjebak di dalam suatu kondisi sehingga sulit untuk naik kelas [mobilisasi horizontal], karena akses tapi yang pokok krn mental.
~Dari yang saya ketahui, begini caranya mengatasi kemiskinan: seolah kepala negara saja ya:-) hehe.
1. Yg utama bangkitkan dulu harapan, dan mental rakyat. Yakinkan mereka bhw mereka mampu, asal ada kemauan dan mau berjuang.
2. Berikan akses
~akses terhadap pendidikan yang baik
~akses terhadap pelatihan-pelatihan keterampilan
~akses terhadap permodalan yg murah atau tanpa bunga
~akses terhadap pasar
3. Dipaksa semua orang memiliki income yang bisa memenuhi kebutuhan dasar
~dlm islam dikenal dg zakat untuk fakir miskin, inilah pokok tujuannya. Dg begitu, zakat dimanfaatkan untuk menutupi hal tersebut.
~instrumen lain dpt digunakan, termasuk skema BLT dapat digunakan dg syarat untuk menutupi kebutuhan dasar tersebut, spt makan.
~India sdg menggagas hal ini, mrk namakan universal income.
4. Dihilangkan kedholiman
~orang kaya semakin kaya, hakikatnya sebenarnya pendholiman ke orang miskin. Knp? Itu bunga darimana sumbernya?
~lihat, semakin miskin kl pinjam, bunga semakin mahal. Ini persepsi yg dibangun, jdnya yg miskin semakin miskin. Kl usaha, gmn bs bersaing dg orang kaya, biaya modalnya saja sdh mahal.
~maka instrumen bunga dihilangkan.
~orang miskin, justru diberikan kemudahan dlm pendanaan, dg biaya lbh rendah.
~tp yg terjadi, bank yg spesialisasi untuk org miskin justru ambil margin lbh mahal, spt BRI.

Mamat Rohimat

No comments: