Faedah kedelapan Daurah Syar'iyyah bersama Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq Al-Badr Hafidzhahullah di Pekanbaru.
*Fiqih Ringkas Seputar Waliyul Amr*
Imam Al-Muzani berkata dalam Syarhus Sunnah (menyebutkan tiga poin penting seputar aqidah ahlu sunnah tentang waliyul amr)
والطاعة لأولي الأمر فبما كان عند الله عز وجل مرضيا واجتناب ما كان عند الله مسخطا وترك الخروج عند تعديهم وجورهم والتوبة إلى الله عز وجل كيما يعطف بهم على رعيتهم
"Dan (wajib) taat pada waliyul amr pada perkara yg diridhoi Allah dan menjauhi (tidak boleh taat) pada perkara yg dimurkai Allah.
Dan tidak boleh memberontak ketika mereka melampui batas atau berbuat dzholim.
Dan (wajib) bertaubat kepada Allah supaya dia (waliyul amr) menyayangi rakyatnya..."
Dalil agama yang mentaqrir tiga poin di atas:
*Pertama*, tentang wajibnya taat pada waliyul amr, Allah berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا) [سورة النساء 59]
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
انما الطاعة في المعروف
"Tidak (wajib) taat kecuali dalam (perkara) yang makruf". (HR Bukhari dan Muslim)
Beliau Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda :
لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
"Tidak boleh taat pada mahluk utk berbuat maksiat kepada sang Kholiq". (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani)
*Kedua* : Perintah bersabar dan larangan memberontak walaupun mereka dzholim dan melampui batas.
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda :
خِيارُ أئِمَّتِكمُ الَّذِين تُحِبُّونَهم ويُحِبُّونَكم. ويُصلُّونَ عليكم وتُصلُّونَ عليهم. وشِرارُ أئِمَّتِكم الَّذين تُبْغِضُونَهم ويُبْغِضُونَكم وتَلْعَنُونَهم ويَلْعَنُونكم. قِيلَ: يا رسولَ اللهِ ! أفلا نُنَابِذُهم بالسَّيْفِ ؟ فقال: لا. ما أقاموا فِيكمُ الصَّلاةَ. وإذا رأيتُم مِن وُلاتِكم شيئًا تَكْرَهُونَه ، فاكْرَهوا عمَلَه ، ولا تنْزِعوا يدًا مِن طاعَةٍ
"Sebaik-baik waliyul amr-mu adalah yang engkau mencintainya dan mereka mencintaimu, mereka mendoakanmu dan engkau mendoakan mereka.
Dan sejelek-jelek waliyul amr-mu adalah yang engkau membenci mereka dan mereka membencimu, yang engkau melaknat mereka dan mereka melaknatmu.
Beliau ditanya : "Wahai Rasulullah, bolehkah kami (melepaskan ketaatan dan) melawan mereka dengan pedang?
Beliau menjawab : Tidak, selama mereka mendirikan sholat, jika engkau melihat sesuatu yg engkau benci dari waliyul amr mu maka ingkarilah perbuatanya dan jangan melepas tanganmu dari ketaatan". (HR. Muslim)
( *Apa yang sudah dipraktekkan para Sahabat* )
✒ Ketika manusia mengadukan kelakuan Al-Waliid bin Uqbah maka Ibnu Mas'ud berkata
اصبروا فإن جور أمام خمسين عاما خير هرج شهر
"Bersabarlah maka sesungguhnya kedzholiman imam selama 50 tahun lebih baik dari pada pembantaian satu bulan". (Diriwayatkan Thabrani dalam kitab Mu'jamil Kabir, no. 10210)
✒ Ketika diadukan kepada Anas bin malik tentang kelakuan Al-hlHajjaj Ats-Tsaqofi, maka dia berkata:
اصبروا فإنه لا يأتي عليكم زمان الا والذي بعده شر منه حتى تلقوا ربكم سمعته من نبيكم صلى الله عليه وسلم
"Bersabarlah maka sesungguhnya tidak akan datang suatu zaman kecuali setelahnya akan lebih jelek lagi darinya hingga engkau bertemu dengan Robb-mu, aku dengar (hadis itu) dari nabimu. (HR. Bukhari).
*Ketiga* : Bertaubat
Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr berkata : kalimat itu adalah jalan keluar dan penyelamat dalam keadaan seperti ini, yang demikian itu karena adanya penguasa yang kejam karena disebabkan dosa (rakyatnya), sebagaimana Allah berfirman :
(وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)
[سورة اﻷنعام 129]
"Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan". (QS. Al-An'am: 129)
Maka bagi para hamba agar bertaubat kepada Allah lebih dahulu, memperbaiki diri mereka, keluarga dan orang sekitar dengan mendakwahinya agar kesholihan menyebar dan kebaikan menyeluruh kemudian Allah mengasihi mereka, menjadikan mereka istirahat dari kepemilikannya (dan menggantinya) dengan kesholihanya atau menggantinya dengan yang lebih baik atau yang lebih sholeh darinya, seluruh perkara ada di tangan Allah, (Allah berfirman: )
(قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ) [سورة آل عمران 26]
"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Ali Imran :26)
(Ada hikmah tersendiri dalam perintah sabar dan tidak memberontak). Dan sudah ada pelajaran yg berharga dalam sejarah bagi yang mau memperhatikannya.
Maka engkau lihat kebanyakan manusia yang menyelisihi perintah Nabi kemudian memberontak waliyul amr dan tidak mengikuti jalan agama, itu menimbulkan kerusakan yang besar pada rakyat dan negara.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Golongan yang khuruj dari waliyul amr hampir tidak tercatat kecuali menimbulkan kerusakan yg lebih besar dari pada kerusakan yang ingin dia hilangkan". (Minhajus sunnah An-Nabawiyah, 3/391)
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi berkata, Adapun perintah tetap taat walaupun mereka berbuat dzholim karena khuruj bisa menimbulkan kerusakan berlipat ganda dari pada kedzholimannya, bahkan bersabar dengan kedzholimanya bisa menghapus dosa dan melipatgandakan pahala, maka sesungguhnya Allah tidaklah memberikan penguasa yang kejam kecuali karena amalan kita yang rusak, dan balasan itu sesuai dengan jenis amalnya maka kita wajib berijtihad dalam istighfar dan memperbaiki amal.. Jika rakyat ingin terlepas dari kedzholiman waliyul amr maka hendaklah mereka (juga) meninggalkan kedzholiman". (Syarah Aqidah Thohawiyah, 252)
(Bagi yang berdalil dengan khurujnya sebagian sahabat) maka Ibnu Taimiyah berkata : Oleh sebab itu, telah ditetapkan (menjadi ijma' dalam aqidah) ahlu sunnah, tidak boleh memberontak dalam fitnah karena sudah ada hadits Shahih dari nabi, dan kemudian mereka (ahlu sunnah) menyebutkan itu dalam (kitab kitab) aqidah mereka, memerintahkan bersabar (menghadapi) kedzholiman waliyul amr dan tidak memberontak. (Minhajus sunnah An-Nabawiyah, 4/530)
(Maka khurujnya sebagian sahabat itu karena ijtihad mereka, kemudian setelah itu kaum muslimin berijma' tidak boleh memberontak pada waliyul amr , dan ini bisa dilihat di zamannya Imam Ahmad rahimahullah)
(Dinukil dari kitab Ta'liqotun ala syarhis sunnah lilmuzani karangan Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr, hal. 112-115 dengan sedikit perubahan terjemahan)
No comments:
Post a Comment