Saturday, January 28, 2017

Pengelolaan Uang Recehan

~tadi saya lihat ada uang recehan, 1000, 500, mau diberikan ke anak-anak:-).
~baru saja ngumpulin, pikiran berubah.
$kalau saya kumpulkan uang receh tersebut, dicatat, dan diinvestasikan, jangan-jangan bisa berbicara banyak.
$adapun anak-anak, saya suka kasih uang gelondongan, bukan recehan [nama lain uang Rp 100,000-an], ngapain hrs dikasih semua yg habis jajan doang.
$mungkin jika saya kumpulkan, bisa dipakai nambahin dana investasi untuk biaya mereka nanti, andaikan saja dana yang telah dialokasikan tidak cukup.
$terpikir juga, dana recehan tesebut untuk top up, dana sosial yang sudah dibuat dan terinvestasikan. Tapi, pikir2 lagi, krn msh nama pribadi, dan umur gak pasti, khawatir dipermasalahkan keluarga, shg amanah tersia-siakan.
$terpikir, buat saja tabungan shadaqah walaupun dikit2, dikumpulkan, agar ke dpn bisa bicara banyak. Tapi, langsung dibantah sendiri, jangan2 kl dana terkumpul banyak, jd sayang. Diniatkan shadaqah, eh di makan lg. Bahaya.
$maka, biarlah kita berusaha shadaqah kecil2 ke luar langsung shg merasa kecil, jgn dibesarkan sendiri shg menjadi sayang, biarlah pihak luar mengembangbiakkan dan pahala langsung dilipatgandakan, walaupun kecil, sbgmn ini sebenarnya usulan saya juga. Bersedekahlah kecil-kecil sbg latihan, agar lbh terjaga dr riya. Walaupun juga sesekali blh besar. Tapi, sulit kalau besar-besar dan sering
$lbh aman, idenya: kumpulkan uang recehan tesebut, investasikan. Ingin tahu, jika dlm 10 tahun-20 tahun, bisa berbuat apa dg uang recehan tersebut? Jangan-jangan cukup membayar kuliah anak. Biarkan itu tetap uang kita yang dipisahkan, awalnya dianggap sepele.
1. Nafkah terhadap anak tetap seutama-utama nafkah, lbh utama dari menyantuni fakir miskin. Knp? Krn itu kewajiban.
2. Andaikan setiap ayah punya perencanaan baik untuk nafkahi anak, insyaallah tidak akan ada anak terlantar.
3. Jika tiap ayah sadar hal tersebut, beban negara, masyarakat berkurang. Tidak perlu mengurusi anak2 terlantar, krn tidak ada anak terlantar.
4. Yg masalah justru ayah2 egois, memubadzirkan harta untuk rokok, tapi anak2nya tidak dipersiapkan dana pendidikannya, gizinya.
5. Kl judulnya: alokasikan dana rokok, tentu lbh dahsyat, krn rata-rata orang konsumsi rokok sekitar Rp 1jt/ bln. Hanya saja, saya tidak merokok. Jd, kurang relevan sy usulkan, walaupun pernah diulas sbg bahan diskusi.
~pernah baca: alfa mart mengumpulkan dana recehan pelanggan, jumlahnya besar, lalu disumbangkan untuk CSR. Sy pikir ini curang. Hey, CSR itu dana perusahaan yg dipakai, jangan dana konsumen.
~jika mau mengumpulkan dana recehan konsumen ritel, hrsnya lembaga sosial, spt BAZ.
$jd, mulai dari kita saja, coba perhatikan uang recehan tersebut, jk diinvestasikan mungkin di reksadana, kemarin dengar Rp 10,000 bisa beli reksadana. Barangkali kita bisa buat gerakan untuk kemajuan bangsa, hanya dg uang recehan

No comments: